Ketika petaka datang mengorek luka
mereka teriak menggelar ribuan kata-kata
menelanjangi luka dengan khazanah mantra-mantra
demi membela gagasan, kepentingan dan ide para kuasa
Tapi kini, saat petaka datang mengusung dusta
mereka bungkam seribu kata
padahal merekalah pemilik kata-kata
namun ancaman miskin membuat mereka tak berani bicara
Mungkin mereka bisu melahirkan kata
Karena takut mati ditinggal dunia kata-kata
Mungkin mereka kelu berkata-kata
Karena cangkul mereka, hanya menyusun kata-kata
Aku curiga selama ini mereka palsu melahirkan kata
karena kata-kata mereka hanyalah titipan belaka
lembaran makalah, edisi majalah, sajak, atau lampiran berita
kini semakin sepi menyanyikan peristiwa hakiki dan nyata
Lalu, masihkah mereka mendaku ingin berjuang menuju merdeka?
bila perjuangan mereka tanpa nilai tanpa rasa bangsa
karena mereka tenggalam dalam kucuran modal dan kuasa
Aku bersumpah atas nama apa dan siapa saja!
tak akan pernah mau bersama mereka yang terhina
yang hanya bisa mangap menganga membuka mulut untuk penguasa
lalu tampil di hadapan para pembaca
dengan menyeret catatan kaki dan katanya-katanya
tapi tetap bisu dan bungkam saat dusta sedang meraja
Aku bersumpah atas nama apa dan siapa saja!
selama Matahari tetap setia,
biarlah aku tetap miskin Saja
Abdullah Wong
kapan saja, dimana saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar