24/03/10

Rokok Vs Gosip

Mulai membicarakan diri sendiri daripada membicarakan orang lain. Kalau pun ingin membicarakan orang lain, jangan para artis, tapi para wakil rakyat kita. Mulai Membicarakan asap pabrik, knalpot kendaraan, pembakaran hutan, daripada rokok.

Pihak mana yang paling diuntungkan dari setiap pemberitaan infotainment di teve? Tentu punya jawaban variatif. Bisa jadi artis atau para pesohor yang diberitakan di media tersebut, mungkin juga pihak televisi dengan produsen infotaintment yang memang berprofesi di bidang itu, hingga para penikmat televisi yang memang tidak ada pilihan tontonan lain.
Analog keliru:
1. Artis dibesarkan oleh media secara umum mungkin benar, tapi artis dibesarkan oleh program infotainment dan sejumlah jurnalis tertentu, rasanya kurang bijak
2. Artis besar karena karya seni dan kesungguhan melakoni profesinya, bukan besar karena “dibesarkan” media
3. Bila asumsinya ada pada logika kedua (dibesarkan oleh media belaka) maka untuk menjadi pesohor tak perlu punya karya yang baik. Cukup dekat dan akrab dengan sejumlah pekerja media saja sudah punya jaminan
4. Bila masih menggunakan asumsi logika ketiga, maka artis yang muncul di acara infotainment sesungguhnya para pembohong yang dipopulerkan oleh tim pembohong pula. Pada soal ini, kita bisa menunjuk sejumlah artis yang tidak jelas karyanya masih terus berlangsung atau tidak namun selalu menjadi sumber berita
5. Gossip adalah usaha menceritakan pihak lain, meskipun berita itu kadang dikehendaki oleh sumber berita. Tapi apa pentingnya? Apakah penting untuk para fans? Kalau hanya demi meladeni para fans, mengapa kita masih membutuhkan acara infotainment?
6. Peluang gossip menjadi haram semakin menjadi apabila lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya.
7. Menteri depkominfo (yang dari PKS itu), punya peluang untuk menghapus acara gossip di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar