05/09/09

JIDAT HITAM sebagai LIFESTYLE

Dulu,
Jidatku hitam
karena lantaiku

Kini,
Lantaiku hitam
karena jidatku

Nanti,
Lantai dan jidatku hilang
Karena hitamku


Di satu kesempatan, Teja, kawanku bercerita. Maklum, dia tengah mulai karir tobat di bulan ramadhan ini. Kisahnya bermula ketika ia hendak salat zuhur di sebuah mushola yang letaknya di basemant sebuah mall. Seperti biasa ia hanya membawa tas ransel. Meski ransel itu terlihat bulukan tapi berisi sebuah notebook seharga 70 kali lipat harga ransel yang hanya 200 ribu itu.

01/09/09

NGOMONG DONG

Mungkin kematian Al-Hallaj adalah kematian paling dramatis. Ia dieksekusi oleh sekelompok ulama karena dirinya telah mengeluarkan kata-kata aneh (syatahat) tentang Tuhan. Melalui ungkapan mistikalnya yang terkenal, "Ana Al Haq," akhirnya Al-Hallaj dipancung. Darah Hallaj mengalir, dan sejarah pun mengucur hingga kini. Agaknya dari sini kita bisa mendapatkan sesuatu, paling tidak; sebuah pengalaman eksistensial seperti pengalaman-pengalaman mistik misalnya, tidak selamanya harus diungkapkan apalagi hanya melalui kata-kata.


Namun, sejarah bercerita lain ketika Mulla Shadra dengan filsafat Transendental-nya (Hikmatul Muta'alliyah),— mengungkapkan konsep kesatuan wujud Tuhan. Filsuf Persia ini tidak mengalami nasib tragis sebagaimana pendahulunya, Al-Hallaj. Alasannya sederhana, mereka mampu menjelaskan konsep-konsep tersebut secara diskursif-demonstrasional (burhani).

IBLIS SELALU MENJADI KAMBING HITAM


Membincang iblis memang menarik. Apalagi bila dikaitkan dengan sisi "kelaknatannya."

Namun terlepas dari siapa sesunggguhnya Iblis (apakah dia malaikat atau Jin, karena hanya Dia yang lebih mengerti, Iblis adalah sosok guru yang fenomenal. Saya menyebut guru pada Iblis ternyata bukan yang pertama. Ibnu 'Arabi misalnya, juga pernah mengatakan seperti itu. Sekali lagi di sini saya telat dalam hal mengungkapkan pengalaman hudhuri saya. Ibnu 'Arabi malah menambahkan, "Pelajaran penting tentang tauhid sejati justru saya dapatkan dari Iblis."