17/03/11

OMONG KOSONG!!!

Pesan pertama sebelum membaca note ini adalah, tolong jangan percaya kepada tulisan yang saya susun ini. Tulisan ini dibuat sangat ngelantur alias tidak punya dasar sama sekali. Semua yang ada pada tulisan ini hanya bualan alias omongkosong. Maka, untuk apa Anda meneruskan membaca tulisan ini? Bukankah Anda tidak suka omongkosong? Sudahlah, hentikan saja Anda membaca tulisan ini. Kenapa? Ya tadi, karena tulisan ini sangat tidak penting dan tidak perlu. Yang pasti, hanya akan membuang waktu Anda yang berharga.

Daripada Anda membaca tulisan ini, lebih baik Anda melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Mungkin Anda bisa membuat status baru, atau mungkin Anda dapat mengingat satu per satu siapa saja orang-orang yang pernah berjasa kepada Anda. Kecuali, kalau Anda sendiri suka omongkosong, atau hal-hal yang tidak bermakna. Terserah saja kalau begitu. Toh Anda punya hak untuk membaca atau tidak. Tapi sekali lagi, menurut saya, sebaiknya Anda tidak usah meneruskan membaca note ini. Serius! Sangat tidak penting!
Ah, aku tidak menyangka kalau Anda masih mau membaca tulisan ini. Apakah Anda penasaran? Penasaran kepada hal apa? Bukankah sudah saya sampaikan sejak awal bahwa tulisan ini tidak ada manfaatnya sama sekali? Baiklah, kalau Anda masih mengikuti, saya akan teruskan omongkosong ini.

15/03/11

PANGGILAN RAKHMAYATUN, SI KEPALA AIR DARI BREBES

Sebenarnya saya tidak tega menulis kisah ini. Terlebih ini bukan dongeng apalagi cerita omong kosong. Ini adalah derita nyata yang mendera seorang bayi berumur 15 bulan. Dengan jujur saya akui, selama menuliskan surat ini, saya sangat penuh emosional.

“Kenapa saya miskin, sehingga tidak mampu untuk sekedar membantu seorang bayi yang menderita Hydrosefalus sejak lahir? Kalau saja saya mampu, semua akan saya tanggung. Setidaknya saya akan mengusahakan sendiri, sampai bagaimana sikap dan penangan akhir dari dokter. Meskpun saya harus mengamen dari satu bisa kota ke bisa kota lainnya. Biarkan saya kali ini sombong, semua ini demi kesehatan si mungil.” “Maaf Maya, meski engkau bukan faimili atau saudaraku, tapi kita menghirup udara yang sama.”

SELAMAT DATANG DI NEGERI PARAMALING

Tuan, sekali waktu datanglah ke negeri kami. Negeri kami sangat indah dan mendebarkan. Dimana-mana ditumbuhi tanaman, pepohonan dan rumput-rumput liar. Semua tanaman yang ada di negeri ini, kami biarkan tumbuh dengan bebas. Tanaman dan pepohonan, kami biarkan menjalar, merambat, atau bahkan menempel pada dinding, pada apa saja, atau pada pagar rumah-rumah kami.

Luangkanlah waktumu sejenak, Tuan. Karena mungkin, di penjuru dunia ini, hanya negeri kami yang memiliki tradisi dan budaya yang tinggi lagi membanggakan. Kami menyebutnya sebagai kebudayaan adiluhung. Ciri-ciri negeri kami sangat mudah dikenali, Tuan. Jika Tuan sampai di ujung hutan, Tuan akan menemukan sebuah gapura besar, dengan ukiran sangat indah. Ya, sebuah ukiran cantik yang terbuat dari pualam. Di gerbang itu, pasti Tuan akan menemukan sebuah tulisan yang menjadi nama negeri kami. Seorang ahli kaligrafi terkenal yang membuat tulisan indah itu, Tuan. Konon ia mengerjakan tulisan itu sampai berbulan-bulan. Ahli kaligrafi itu sengaja mengumpulkan bahan-bahan tulisan itu dari semua unsur batu di negeri kami. Ya benar, nama yang sangat sederhana, NEGERI MALING.

03/03/11

Lubang Gelap

Seorang kakek tua. Tengah merebus air di atas tungku. Kakek itu bernama Sadra. Tubuhnya kurus dan membungkuk. Meski urat ototnya terlihat lusuh namun tangan-tangannya masih terlihat sigap memasukan kayu-kayu bakar ke dalam perapian tungku.

Ki Sadra adalah kakek tua yang berpuluh-puluh tahun telah tinggal di gubuk itu. Setelah kematian istrinya di sebuah kota, Sadra mengasingkan diri di sebuah bukit terpencil. Setiap harinya dia hanya mencari kayu bakar untuk keperluan memasak. Lahan subur di belakang gubuknya ia tanami jagung, singkong, dan sayur-sayuran. Bila panen tiba, ia menjualnya ke kampung untuk digantikan dengan beras dan minyak tanah untuk menyalakan lampu teploknya.