15/03/11

SELAMAT DATANG DI NEGERI PARAMALING

Tuan, sekali waktu datanglah ke negeri kami. Negeri kami sangat indah dan mendebarkan. Dimana-mana ditumbuhi tanaman, pepohonan dan rumput-rumput liar. Semua tanaman yang ada di negeri ini, kami biarkan tumbuh dengan bebas. Tanaman dan pepohonan, kami biarkan menjalar, merambat, atau bahkan menempel pada dinding, pada apa saja, atau pada pagar rumah-rumah kami.

Luangkanlah waktumu sejenak, Tuan. Karena mungkin, di penjuru dunia ini, hanya negeri kami yang memiliki tradisi dan budaya yang tinggi lagi membanggakan. Kami menyebutnya sebagai kebudayaan adiluhung. Ciri-ciri negeri kami sangat mudah dikenali, Tuan. Jika Tuan sampai di ujung hutan, Tuan akan menemukan sebuah gapura besar, dengan ukiran sangat indah. Ya, sebuah ukiran cantik yang terbuat dari pualam. Di gerbang itu, pasti Tuan akan menemukan sebuah tulisan yang menjadi nama negeri kami. Seorang ahli kaligrafi terkenal yang membuat tulisan indah itu, Tuan. Konon ia mengerjakan tulisan itu sampai berbulan-bulan. Ahli kaligrafi itu sengaja mengumpulkan bahan-bahan tulisan itu dari semua unsur batu di negeri kami. Ya benar, nama yang sangat sederhana, NEGERI MALING.

Nama yang singkat, padat, tapi selalu mendebarkan siapa saja yang melintas gapura agung itu. Jika Tuan sudah memasuki gerbang Negeri Maling, pastilah Tuan akan merasakan kenyamanan yang amat sangat. Tuan tak perlu gelisah, karena negeri kami sangat aman. Keamanan dan ketentraman negeri kami bisa berjalan, karena negeri kami dibangun atas dasar saling pengertian. Dan itu semua berkat kebersamaan dan kesungguhan kami dalam mewujudkan tradisi maling di antara kami.Negeri kami berhasil menyusun dasar-dasar negeri dengan perundang-undangan maling, hingga garis-garis maling haluan negara.

Kami sangat bersyukur kepada Tuhan, karena semua penduduk negeri ini adalah para maling. Kami pun semakin bahagia, karena menjadi maling merupakan cita-cita negeri kami sejak awal. Sebagai warga negera yang baik, kami sangat mendukung program pemerintah dalam penyelenggaraan permalingan nasional. Untuk mewujudkan cita-cita negeri yang memiliki wawasan maling dan berdasarkan kemalingan ini, pemerintah menyusun rangkaian program yang sangat sistematis, berkala, terencana, dan berkelanjutan. Ya, kami mulai memberikan penyadaran arti pentingnya maling sejak usia dini. Untuk itu, kami menyusun kurikulum sekolah-sekolah yang berbasis kompetensi maling, pendaftaran dan penerimaan sekolah-sekolah, akademi, universitas dan institut, kami buka dengan program UMMN atau  Ujian Masuk Maling Nasional.

Bila Tuan bersedia melancong ke negeri kami, bawalah bekal secukupnya.Karena di sepanjang jalan, akan terlihat para pengemis, anak-anak jalanan dan institusi gembel yang sebenarnya adalah para maling. Merekalah yang berhasil memaling perhatian pemerintah kami untuk terus menjalankan program maling secara intensif. Lihat saja aksi mereka, para pengemis dan gembel itu sengaja hidup di kolong jembatan, di bantaran kali, di pinggir rel kereta api. Padahal pemerintah sudah menyediakan apartemen mewah, padahal pemerintah juga sudah menyediakan perumahan-perumahan yang dikelilingi suparmarket dan mall-mall besar. Tapi para gembel dan penduduk yang sok miskin itu tetap saja memilih di bantaran kali. Itulah yang namanya sikap hidup, Tuan. Itu namanya integritas, Tuan. Itulah aset nasional, yang akan kami jaga sampai kapan pun.

Tuan tak perlu hati-hati jika sudah sampai di negeri kami. Tuan tak perlu waspada apalagi curiga kepada semua penduduk, warga, dan aparat yang ada di negeri kami. Karena semuanya adalah maling. Bahkan di antara kami, bisa dengan mudah menjadi pahlawan, hanya cukup dengan menjadi maling. Itulah mengapa para maling di negeri kami sangat bangga. Setiap saat kami bisa memamerkan hasil-hasil maling kami kepada publik tanpa ragu. Dan kami sebagai penduduk, akan bertepuk tangan dan bersorak gembira. Oh, hebatnya para maling itu. Kalau Tuan mau bertanya tentang semboyan negeri kami, maka jawabannya adalah “Bhinneka Maling Ika, yang artinya Berbeda-beda tetapi maling jua.”

Kalau Tuan sudah merasa nyaman di negeri kami, silakan saja Tuan mengikuti tradisi kami. Kami akan semakin bangga bila tradisi maling ini bisa ditularkan kepada Tuan. Siapa tahu, Tuan bisa menginspirasi sahabat-sahabat Tuan di negeri Tuan. Jika Tuan tertarik menjadi Pegawai Negeri Maling, Tuan tak perlu pintar dan cerdas! Syaratnya hanya membawa bekal ala kadarnya. Jika Tuan ingin menjadi Tentara Maling Nasional, tuan tak perlu sehat dan tak perlu berbadan tegap. Tuan cukup tersenyum sambil mengedipkan mata saja. Jika Tuan bersalah karena tak sengaja menginjak kepala bayi hingga pecah, Tuan tak usah bingung. Karena di kantor pengadilan negeri kami, semua sangat pengertian. Tuan cukup memakai peci hitam sambil sesekali merapikan dompet Tuan.

Tuan, mumpung sedang berada di negeri kami, cobalah jalan-jalan sejenak. Ya, sambil melihat-lihat suasana negeri kami. Di sudut-sudut kota, biasanya Tuan akan menemukan papan-papan iklan, atau informasi layanan masyarakat yang ditulis dengan rapi dan indah. Pastilah Tuan akan menemukan tulisan, “Warga yang bijak, adalah warga yang suka korupsi.” Atau yang ditulis di dekat masjid, “Sudahkah Anda korupsi?” Ada juga papan reklame yang disponsori sebuah departemen, “Maling hari ini harus lebih baik dari maling kemarin.”

Nah, kalau Tuan suka membaca koran, negeri kami juga punya banyak suratkabar. Berita-berita yang muncul di koran selalu segar dan membuat hati berbinar. Lihat saja deadline yang ditulis harian nasional negeri kami; “Fatwa Ulama, Maling hukumnya WAJIB.” “Sudahkah anak Anda diimunimaling di Posyandu?” “Masjid ini dibangung di atas tanah maling.” “Kawasan Wajib Maling.” “Pelatihan Maling Nasional” “Seminar Nasional: Mencari Strategi Baru dalam Permalingan Nasional.” “Hari Maling Nasional.” “Hari Raya Maling.” “Penyematan Tanda Jasa Putra Maling Pusaka Nagari.”

Ohya, Tuan. Jangan lupa membaca buku-buku sejarah negeri kami. Sebelum menjadi Negeri Maling, negeri kami adalah Negeri Korup. Sebelumnya negeri kami bernama Negeri Jambret. Malah kami sempat menamai negeri kami dengan nama Negeri Kutil. Kami semua bangga dengan sejarah panjang yang indah itu. Malah ke depan, negeri kami siap go internasional. Dan pada kesempatan ini, kami mohon doa restunya, karena Insya Allah, kelak nama negeri kami adalah Negeri Garong! Indah bukan?

 umahsuwung|15 Maret 2011|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar