15/03/11

PANGGILAN RAKHMAYATUN, SI KEPALA AIR DARI BREBES

Sebenarnya saya tidak tega menulis kisah ini. Terlebih ini bukan dongeng apalagi cerita omong kosong. Ini adalah derita nyata yang mendera seorang bayi berumur 15 bulan. Dengan jujur saya akui, selama menuliskan surat ini, saya sangat penuh emosional.

“Kenapa saya miskin, sehingga tidak mampu untuk sekedar membantu seorang bayi yang menderita Hydrosefalus sejak lahir? Kalau saja saya mampu, semua akan saya tanggung. Setidaknya saya akan mengusahakan sendiri, sampai bagaimana sikap dan penangan akhir dari dokter. Meskpun saya harus mengamen dari satu bisa kota ke bisa kota lainnya. Biarkan saya kali ini sombong, semua ini demi kesehatan si mungil.” “Maaf Maya, meski engkau bukan faimili atau saudaraku, tapi kita menghirup udara yang sama.”

Bayi mungil dengan kepala super besar itu bernama Rakhmayatun. Ia kini berusia 15 bulan. Lahir di kampung kelahiran saya sendiri, Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Sebelumnya saya mendapat kabar ini dari Titi Lestari, kakak kandung saya sendiri. Kami memang punya kebiasaan melancong, melongok, dan menengok orang-orang yang kami anggap kurang beruntung.


Meskipun tentu saja tidak semua dapat kami bantu secara penuh. Meski hanya sekedar mengajak ngobrol atau mendengar keluhan tanpa sebuah solusi yang berarti.  Di sini, saya tidak sedang berkeluh kesah tentang diri saya sendiri. Justru saya sedang bersombong! Saya hanya meminta persetujuan saudara pembaca, langkah apa yang mesti dilakukan. Apakah perlu kiranya kita mengetuk saudara-saudara dengan uang koin atau apa?

Dua bulan yang lalu, setelah saya mengetahui kondisi bayi Maya tersebut, saya mencoba menghubungi kawan-kawan yang saya yakini bisa mencarikan jalan. Tapi hasilnya nihil. Saya sudah menghubungi beberapa wartawan untuk mengekspos berita ini, namun hasilnya nihil. Padahal diketahui, penderita tumor hidung ini bertempat tinggal tak jauh (hanya hitungan meter) dengan rumah seorang ulama, sekaligus pengasuh pesantren, sekaligus anggota DPR-RI, sekaligus Pimpinan sebuah partai besar Golkar di Kabupaten Brebes. Tak jauh dari rumah bayi Maya ini, sekitar hitungan ratusan meter, juga berdiam seorang anggota dewan kabupaten Brebes dari partai Demokrat, dari komisi kesehatan. Sempat kami meminta Kepala Desa untuk menangani, tapi tak terlihat hatinya tergerak.

Dengan bantuan seorang kawan, bayi Maya sempat dibawa di rumah sakit (RSPUD Brebes). Tapi, dengan gaya pahlawan, para anggota dewan dan beberapa pejabat ternyata ikut menjenguk. Sayangnya, kegiatan itu hanya menjadi seremonial belaka. Satu pun tak ada yang mengulurkan bantuan ala kadarnya. Bahkan, mereka (Departemen Kesehatan Kabupaten) hanya bisa memberikan dana sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) saja. Artinya, apapun hasil putusan dokter nantinya, apakah ia akan dioperasi atau tidak, pemerintah kabupaten tak bisa memberi lebih. Mestinya begitu tahu mereka dari kalangan miskin, si penderita ini mendapat pendampingan yang layak. Saya yakin, dana yang dibutuhkan tidak sampai menghabiskan dana APBD satu tahun.

Apakah mereka tidak membayangkan betapa miskinnya keluarga yang menderita ini? Satu juta mana cukup untuk pengobatan penyakit Hidrosefalus? Inilah judul dari penyakit kepala-air, yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Melalui surat elektronik ini, saya mewakili Rachmayatun, juga ibundanya Ade Jaroti, juga bapaknya yang acuh, Bapak Tarmudi, mencoba mengetuk para pembaca semua. Silakan Anda cek sendiri kebenaran berita ini. Jika Saudara berniat membantu, tapi khawatir nanti saya korupsi, silakan datang dan tangani sendiri. Dan apabila ada pihak yang siap membantu secara penuh, atau gotong royong, betapa kita akan melihat kembali senyuman Rakhmayatun. Bayi mungil itu mungkin tak butuh. Kedua orang tuanya mungkin juga sudah menyerah. Tapi apakah kita hanya berdiam diri, terpaku dan pasrah?! Haruskah aku datangi satu persatu anggota dewan di kabupaten Brebes itu, lalu aku garong semua hartanya demi salah satu konstituen mereka?!

Demikian, surat ini saya tulis dengan tanpa kepentingan apa pun. Apalagi kepentingan politis, demi kekuasaan dan popularitas. Memang, setiap saat sisi kemanusiaan kita selalu saja diuji. Mungkin itu bernama kepekaan, kepedulian, dan kemanusiaan. Tak peduli siapa pun Anda, meski sudah mencapai status malaikat sekalipun, namun tetap saja masih berpijak di bumi. Bumi yang sama, bumi yang dipijak Si Mungil Rakhmayatun!

ALAMAT LENGKAP KEDIAMAN RAKHMAYATUN (IBUNDA ADE JAROTI)
DESA JATIROKEH, RT 01 RW I, BLOK KESAMBI, KEC. SONGGOM, KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH
INDONESIA RAYA MERDEKA atau MERDEKA??

BANTUAN BISA DISALURKAN KE
BRI UNIT BREBES. 585601000021505 (TITI LESTARI)
atau BCA :: 6280563062 :: ABDULLAH IMAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar