01/09/09

IBLIS SELALU MENJADI KAMBING HITAM


Membincang iblis memang menarik. Apalagi bila dikaitkan dengan sisi "kelaknatannya."

Namun terlepas dari siapa sesunggguhnya Iblis (apakah dia malaikat atau Jin, karena hanya Dia yang lebih mengerti, Iblis adalah sosok guru yang fenomenal. Saya menyebut guru pada Iblis ternyata bukan yang pertama. Ibnu 'Arabi misalnya, juga pernah mengatakan seperti itu. Sekali lagi di sini saya telat dalam hal mengungkapkan pengalaman hudhuri saya. Ibnu 'Arabi malah menambahkan, "Pelajaran penting tentang tauhid sejati justru saya dapatkan dari Iblis."

Suatu ketika saya pernah datang menghampiri Iblis, lalu saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Kang Mas Iblis. Saya mulai menyapa,
"Apa kabar, Kang Mas Iblis?"
"Biasa, wong" katanya.
"Biasa apanya?"
"Ya...apalagi kalau diomongin banyak manusia di bumi...."agak sedikit mengangkat tubuhnya tapi tetap tersenyum.
"Kamu tahu mengapa mereka semua membicarakan kamu, Blis?"
"Ya tahulah. Aku kan dianugerahi pengetahuan "Bashiratul qalbi linnas." oleh Allah Azza wa Jalla." "Eh tolong, jangan panggil aku Iblis atau Blis. Panggil aku Om, Ya?!"
"Oh iya, Ok?!........"Kebanyakan manusia bicara apa sih tentangmu Om?"
"Apalagi kalau tidak mengkabinghitamkan aku. Semua manusia menilai aku adalah makhluk Allah yang paling terkutuk (laknatullah)."
"Lho bukannya memang begitu?"
"Begitu bagaimana, Wong?"
"Ya...kamu memang terlaknat..."
"Et, tunggu dulu. Ati-ati ente, wong kalau ngomong. Sekarang saya mau tanya sama ente?," Kang Mas Iblis mulai terlihat serius berdialog, setelah sebelumnya ogah-ogahan.
"Mau tanya apa?," sambutku.
"Begini, apakah ente tahu apa itu tauhid?"
"Sedikit banyak saya tahu....saya kan aktif di facebook, Om."
"Oh, yang sempat dianggap haram itu, ya? "
"Iya. Kok Tahu?"
"Ya Tahu lhah, tapi ternyata ndak mempan, kan? "
"Lho kok Om tahu?"
"Lha kan aku sudah bilang…..aku tahu semua……Jangankan itu; Kamu belum punya rumah di Praha aja aku tahu, Wong."
"Ya…tahu sih tahu…tapi itu mah jauh benget, Om?!"
"Sorry, sorry……aku cuman bercanda. Sekarang kita kembali ke pokok masalah."
"Kita?"
"Memangnya kenapa?"
"Kalau ente menyebut kita berarti aku dan kamu sama dong……!!! Wah aku ndak mau Om!"
"Lalu aku harus bilang apa….bukankah gabungan antara aku dan kamu atau gabungan dua aku adalah kita?"
"Iya…itu kan makna kata Kita secara bahasa yang menunjukkan arti jamak. Tapi secara filosofis, kata KITA berarti antara aku dan ente sama. Sementara aku ndak mau mendapat laknat dari Allah. Kamu saja yang terlaknat…"
"Lho, yang aku maksud KITA tadi adalah antara aku dan kamu itu..sama-sama makhluk Allah. Memang Kamu ndak mau mengaku kalau dirimu adalah makhluk Allah?! Hah?! Berani sekali kamu?????" Mata Iblis melotot hampir jatuh. Tangannya mencengkeram seperti hendak menerkamku.
"Ya tidak, Om…." Aku sedikit takut.
"Ya sudah….Jangan bawel."
"Tadi sampai mana? Kok aku lupa….." Kang Mas Iblis ternyata bisa lupa juga.
"Sampai…mmmm, anu…kita kembali ke pokok masalah…" Aku mengingatkan.
"Oh ya. Begini, Wong. Semua manusia kan hampir melaknatku karena kesombonganku sehingga aku enggan sujud pada Si Adam. Iya kan?"
"Tapi bukankah di Quran memang tercatat begitu....?" aku menyergah.
"Iya!!! Memang, di Quran ada catatan itu. Tapi lihat dulu duduk masalahnya. Semua tak ada yang pernah mencoba mengerti padaku secara empatik. Kalau seandainya manusia tahu yang sesungguhnya, pasti manusia tak lagi menyalahkanku."
"Memangnya hal apa yang belum diketahui kebanyakan manusia, Om?"
"Asal tahu saja.......Jauh-jauh hari sebelumnya, sebelum Allah menyuruh aku, Jin dan para malaikat bersujud pada Adam, aku sudah dipanggil oleh Allah."
"Serius, Om?"
"Iya..."
"Apa kata-Nya..."
"Tapi kamu jangan bilang-bilang, ya Wong!"
"Insya Allah...."
"Kata Allah begini.....Azazil...Apakah kamu benar-benar patuh padaku?" "Aku menjawab tentu ya Robbi." "kalau begitu apakah kamu siap mengemban tugas mulia dariKU?" "Siap ya Robbi." "Bagus!!!....Minggu depan aku mau wujudkan Adam; itu lho, bapaknya anak-anak. Anak-anak itu yang nantinya akan menjadi khalifah di bumi. Untuk menjadi khalifah yang benar dan bisa mengerti sapa AKU, maka anak-anak itu membutuhkan TIM PENGUJI. Nah, TIM PENGUJI itu aku percayakan padamu Zil...." "Baik Ya Robbi..." "Tapi kamu harus sabar, karena semua anak-anak Adam akan menganggap kamu sebagai musuh bebuyutanmu. "Kenapa Tuhan?" "Iya...itulah mengapa AKU panggil kamu kemari..." "Apa itu Tuhanku?" "Nanti kalau yang lain aku suruh sujud kepada Adam, tolong kamu tidak usah sujud....." "Apa pun perintahmu...hamba akan patuh Yaaaa Tuhanku." "Nah...Nanti setelah kamu tidak mau sujud, aku akan usir kamu dari surga agar kamu lebih leluasa beribadah kepadaku. Ujilah anak-anak Adam itu dengan segala cara-caramu. Tapi ingat, kamu hanya boleh menguji orang-orang yang belum ikhlas....Hanya orang yang bertauhid murni saja yang ikhlas, dan itulah hamba-hamba yang kucintai. "Baiklah...ya Rabbi..." "Ohya satu lagi Azazail..." "Nanti...aku buat dirimu abadi, dan aku juga menyiapkan tempat yang paling kamu suka, yaitu Neraka. Bukankah dari sana asalmu?...Pasti kamu sangat senang..." "Saat itu aku benar-benar bahagia, Wong." "Ingat Zil, tugasmu adalah menguji anak-anak Adam, bukan menggoda..." "Apa pun akan hamba laksanakan.....apa pun itu risikonya....."

"Begitulah Wong...dialogku dengan Tuhan..."
"Yaaaa Allah.......Mulia sekali hatimu Om...," tanpa sadar aku memujinya, dan ketika aku puji demikian, Kang Iblis tersenyum simpul. Sampai-sampai taringnya yang tajam terlihat bersinar.
"Lalu sekarang, apa aktivitasmu Om?"
"Ya tadi, menguji anak-anak Adam yang masih belum ikhlas....Aku menguji anak-anak Adam agar terhindar dari syirik...Dan tugasku benar-benar berhasil ketika aku gagal menguji anak-anak Adam itu. Aku benar-benar bahagia bila ada anak Adam mampu lolos dari ujianku..."
"Tapi di lapangan, bagaimana kondisinya Om?"
"Wah....susah Wong. Bahkan aneh. Mereka melakukan kesalahan, kekeliruan, dan dosa-dosa...di muka bumi...tetapi mereka selalu menyalahkan aku...padahal mereka sendiri yang memilih."
"Maksudnya?"
"Lho iya.....Al Quran memberikan pilihan kan kepada manusia ..apakah manusia mau mukmin atau tidak, mau taat atau tidak....jadi manusia sendiri yang dititipi "Iradah" Allah untuk memilih. Setiap manusia kan diberi hak pakai "kehendak" oleh Allah, ingat Hak pakai, ya!! Bukan hak milik. Nah mumpung manusia lagi diberi hak pakai itu, mestinya manusia pandai-pandai memilih. Tapi,................prakteknya sulit..."
"Kasihan sekali ente, Om..., lalu apa rencanamu ke depan?"
"Ya seperti biasa..aku harus melaksanakan proposal Allah sejak zaman azali...yang sudah disusun dulu di lauhil mahfudz...bahwa aku tetap harus menguji umat manusia..."
"Ngomong-ngomong...apa sih yang paling membuat manusia mudah tergelincir?"
"Mau tahu rahasianya?" Iblis mendekat ke telingaku sambil menepuk pundakku.
"Mau...mau...mau...Tapi Nggak pakai teh..."
"Lho apa itu?"
"Iklan, Om....itu lho iklan susu..."
"Ohh..dasar wong dzolim..."
"Sorry....cuman candaan Om."
"Mau nggak?"
"Iya mau..."
"Kebanyakan manusia tergelincir adalah disebabkan oleh kesombongannya atau kecongkakan dirinya sendiri. Sekecil apa pun itu. Karena hal itu sangat merusak tauhid. Makanya waktu ada perintah sujud pada Kakang Adam itu aku sebenarnya sedang memerankan karakter sombong yang dikehendaki Allah. Padahal waktu itu aku nggak enak banget sama Mas Adam....Ingat, jangan sombong!"
"Tapi sekarang Mas Adam sudah tahu permasalahannya kan?"
"Sudah sih."
"Ya sudah, nyantai aja lagi...Eh, biar nggak mudah sombong, apa tipsnya?"
“Gampang! Ikhlas!”
“Ikhlas kok gampang! Mmmm, biar bisa Ikhlas?”
“Gampang lagi...”
“Apa, dong?”
“Bertauhid! Ya...tauhid yang total! Jangan tauhid bacot, tapi tauhid hakiki.”
“”Oh, begitu, ya? “Terus…biar bisa bertauhid?”
“Walah itu lebih gampang lagi!”
“Ini Si Om, gampang-gampang melulu!” “Apa dong?!”
“Kalau mau bertauhid itu, jangan banyak mikir. Tapi pasrah! Jangan blagu sama Dia. Nurut aja! Gitu aja kok repot!”
“Lho, kok kaya…”
“Gus Dur, maksudmu, Wong?!...Yee hari gini ngomongin Gus Dur.”
“Ya namanya juga Wong NU.”

"Iya...begitu. Eh....Wong udah ya..aku mau ke sono dulu..."
"Ke mana?"
"Mau tahu aja, Loe. Eh ati-ati ya,...di kampungmu banyak temenku, lho!"
"Oh ya...? “
“Eh, Wong. Masih ada samsoe, nggak?! Kecut neh!”
“Ada nih. Pas banget tinggal dua. Om, kapan-kapan aku boleh main lagi ya?"
Sambil menyalakan rokok samsoe dengan cukup menjentikkan jarinya Iblis menutup obrolan, “Boleh-boleh saja...Iblis selalu open house untuk semua anak Adam....."
Tiba-tiba Iblis melesat jauh ke ufuk entah. Lalu aku kembali turun untuk mengirim bikin status di facebook.


Wong Dzolim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar