07/04/10

Warung Kopi

Kopi Tubruk
Suatu ketika, Bagong mengunjungi warung kopi milik Togok yang letaknya tak jauh di perempatan jalan. Carefour, demikian kata Jhon Reno. Sampai di warung kopi, Bagong mencari tempat duduk yang dianggap paling aman dan nyaman. Sambil mesam-mesem, Bagong menyapu pandangannya di sekeliling warung kopi. Ah, jangan warung kopi deh, tapi Cafe. Kedatangan Bagong tentu saja diketahui Togok. Dengan semangat marketing yang membara, Togok datang menghampiri Bagong.


"Mau minum apa, Tuan?" Tanya Togok.
"Anu, saya mau minum kopi." Jawab Bagong santai.
"Wah maaf. Di sini tidak ada kopi, Tuan." Ujar Togok dengan ringan.
"Waduh, ndak ada kopi." Bagong seakan kecewa. Tapi kemudian dia agak berpikir, "Terus apa yang ada?"
"Ya...itu, Tuan. Di sini yang ada paling kopi. Bagaimana kalau kopi saja, Tuan?" Togok mencoba menjelaskan dengan bijak.
"Oh, gitu ya. Ya sudah, kalau memang yang ada hanya kopi, saya pesan kopi saja. Nggak papa, kan?" Pinta Bagong.
"Jelas tidak apa-apa, Tuan. Maaf ya Tuan, saya hanya bisa menyajikan kopi di sini." Togok sedikit membungkuk. Bagong hanya manggut-manggut. Dua detika berikutnya, Togok berlalu untuk menyiapkan kopi yang terpaksa dipesan oleh Bagong.

Saat Togok meracik kopi dalam hatinya bergumam lirih, "Dasar tukang minum kopi! Sudah tahu kalau di sini yang ada hanya kopi, eh malah pesan kopi. Terpaksa deh aku buat kopi."

Ternyata, dalam masa penantian pesanan yang terpaksa itu, Bagong mendesah pelan, "Dasar tukang kopi. Sudah jelas saya pesan kopi, masih saja dibuatkan kopi. Hidup ini memang aneh!"

Sejak kejadian itu, Bagong tak lagi minum kopi. Dia hanya sekali-kali saja bikin kopi di rumah. Atau ke warung lain hanya sekadar memesan kopi. Lalu berita terakhir diperoleh, Togok menutup warung kopinya. Ia pindah ke luar kota. Katanya sih bikin usaha baru. Buka Warung Kopi!
Benar kata Bagong, Hidup ini memang aneh.

Modar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar