30/01/10

Tak Sekadar Pelita

Langkah kaki ini kian jauh tinggalkan Jejak-jejak bisu yang tak cukup dimaknai atau dipahami
Begitu terjal dan berliku jalan yang telah kulalui
Sementara dirimu, menjadi pelita dan cahaya
Dalam kegelapan perjalananku menempuh langkahku

Bukankah Engkau yang telah menyalakan cahaya itu
Bukankah Engkau yang mula membakar api semangat langkahku
Dan aku, ketika itu hanya punya hening dan sepi,
Aku hanya bisa pasrah pada setiap lekuk dan terjal jalanku
Aku hanya bisa berbisik lirih, sanggupkah aku melangkah?

Engkau hadir, membuat aku mengalir
Engkau menyentak bagai petir, membuat aku terperangah dan tersihir
Lalu kuyakinkan langkahku…dengan selimut semangat yang kau dekapkan padaku Lalu kumantapkan asaku…dengan senyum hangat yang kau titipkan hanya untukku…

Kini, Ketika semua telah jauh…
Ketika jejak-jejak itu kian nyata di endapan hati ini…
Ketika angan dan mimpi telah kupahami tak harus aku miliki…
Ketika aku kian bodoh namun haus terhadap rahasia samudera ilmu Ilahi…
Engkau tiba-tiba, ingin memadamkan pelita itu.
Pelita yang selama ini menjadi penerang jalanku
Pelita yang biasanya menjadi panduan dalam kegelapan pencarianku…
Aku, seperti kapas yang dihempas angin…
Tiada kekuatan dan harapan.
Apakah aku kini menjadi sosok yang telah berubah?
Apakah aku bukan lagi seperti diriku yang dulu?
Ya Allah, Aku pikir…aku tetap seperti yang dulu.
Aku yang tak bisa apa, dan selalu membutuhkan dukungan hati.
Aku rasa…aku tetap seperti yang dulu.
Sosok lumrah yang tak mungkin akan berani dan melawan kepada pelitaku sendiri. Jangankan dirimu, Aku pun takut bila aku berubah menjadi diri yang “bukan aku”

Cahayaku, maafkan atas setiap langkah yang tak semestinya
Cahayaku, jangan pernah kau padamkan api cintamu, padaku…

SELAMAT HARI JADI untukmu,
bunda Puisiku

30 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar