10/10/10

PENCAK SILATURRAHMI

Menjelang pembacaan monolog malam itu, saya sempat mendapati beberapa hal yang menarik. Selain secangkir kopi dan beberapa batang udud, yang lebih memesona adalah ketika saya ngobrol ngalor ngidul dengan saudaraku, Kemat. Kawan yang satu ini terbilang unik. Selain ganteng bin keren, dia juga jago nyabik-nyabik gitar. Apalagi kalau sudah main a la Italiano! Wah, bathuk saya jadi puyeng karena iri bin cemburu. Bukan itu saja, dia juga puinter naudzu belis. Beberapa catatan sastra di lingkungan Siklusitu, Ciputat, seringkali ia sorot dengan tajam. Sangat filosofis, futuristik, dan plotokotik! Pantesan aja dia didapuk jadi dosen di sebuah universitas ternama di Jakarta (Rahasia). Saya bersyukur, selama menanti acara dimulai kami mengisi dengan obrolan yang semoga bisa memberi makna untuk ilmu sejati.

Begini ceritanya. Kami menggelisahkan bahwa selama ini, apa yang disebut pengetahuan tak lain adalah kumpulan data yang kemudian direlasikan atau dipadukan satu sama lain. Satu informasi atau data akan mempunyai makna ketika disinergikan dengan informasti atau data-data yang lain. Sehingga berpengetahuan merupakan aktivitas untuk merenda, menyusun, merangkai, merelasikan, satu data dengan data-data yang lain. Kumpulan data ini demikian banyak tersebar di jagat raya ini, baik yang lahir atau pun yang batin. Dan kami menyadari bahwa infromasi atau data (ayat) adalah RAHMAT. Informasi adalah RAHMAT sekaligus anugerah (FADHLU) dari Yang Empunya Pengetahuan.

Nah, dengan sok analisi gitu, saya menawarkan bahwa setidaknya pengetahuan adalah silaturrahmi. Karena dalam berpengetahuan diperlukan upaya intensif untuk merelasikan (silah) satu ayat (rahmat) dengan rahmat yang lain.  Maka orang pandai adalah orang yang bersilaturrahmi. Dan saya yang bodoh adalah orang yang suka memutus silatturahmi. Dalam hal sederhana, misalkan soal persahabatan, kita tak mungkin bisa mengenal sahabat kita dengan baik kalau kita tidak membiasakan untuk silaturahmi. Dan ini mesti dilakukan dengan utuh. Tapi sekarang kan jaman ponsel, jaman internet, gimana konsep silaturrahmi dibangun? Semua sudah dengan mudah digantikan via SMS, email, facebook. Di sini Silaturrahmi sebenarnya agak dipercepat tapi sebenarnya juga direduksi dan lambat. Cepat dalam hal nyambung kontakannya, lambat dalam hal memahami keutuhan makna. Sekarang ketika kita ketawa, cukup digantikan dengan Ha ha ha ha, atau wakkakakakakak.... Atau ketika sedih, kita cukup bikin :( atau :) untuk gembira. Dan saya belum sempat menghitung sudah berapa simbol yang sekarang ada untuk merepresentasikan rasa jiwa kita.

So? Yo wis karepmu. orang boleh saja bilang komunikasi lancar, tapi soal feel and soul entar dulu. Apalagi jika kita sering sedikit hipokrit dalam berkomunikasi. Karena semua sudah cukup diwakili oleh simbol-simbol huruf atau lambang-lambang karakter font.

Dari sini, lalu obrolan ngalor ngidul mulai ngelantur. Kita malah mulai ngbrol soal pencak SILAT sebenarnya berangkat dari konsep persahabatan. SILET yang punya kemungkinan digunakan untuk merobek dan membukan kebekuan sehingga akan terbuka (terkasyaf) segala yang terhijab? Atau mungkin SALUT. Satu sikap jujur untuk mengakui keberadaan pihak lain yang memang lebih ok dari kita. SILIT! merupakan...walah...Wong, mau Syatohat kok nggak bilang-bilang....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar