13/10/10

TUHAN yang Masih Kau Bela

Jujurlah...Terlalu lama kau simpan kebohongan itu
Jujurlah kali ini saja, terlalu lama kau korbankan Tuhan, demi ego dan jalan yang kau anggap paling benar itu
Jujurlah...Bukan soal ini benar atau keliru
Bukan soal ini salah atau salih
Ini hanya soal sederhana
Jujur untuk mengakui, bahwa ada kekeliruan yang mesti dibicarakan
Tapi kau terus saja sembunyi di balik pintu langit itu

Kapan kau turun kemari?
Mendarat dan melebur di kolong jembatan yang dipenuhi kaki-kaki yang korengan dan borok
Kapan kau turun dan menyentuh tangan-tangan bidadari malam yang menggelinjang karena takbir kemiskinan?
Kapan?
Jujurlah kali ini saja
Demi ego dan kekayaanmu itu, kau jual agama dan jalan yang kau anggap benar itu

Kapan kau sekali waktu berhenti sejenak
untuk menyapa kaum lemah dan para penyerah,
sementara waktumu kau habiskan untuk selamat sendiri di kampung akhirat

kapan zikir-zikirmu kau turunkan menjadi langkah kaki yang mendatangi kamu miskin,
para buruh yang dihajar mandor, si pasien yang tak pulang karena tak bisa bayar perawatan,
si pelacur yang malah dipalak tentara yang sipilis,
atau menyambangi remaja blagu yang terjebak ganja. kapan?

meski kau masih di sana, jangan anggap aku tak mencintaimu
aku tetap menunggu saat-saat yang bahkan kau pernah janjikan dulu
"menjadi manusia biasa, sederhana namun penuh makna pada sesama"
bukan manusia istimewa di tengah kaum kaya dan penuh pesona


Pengilon, 24 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar