15/06/09

YANG TIDAK PENTING DARI RASULULLAH (2)

[OKB Vs OMS]

Sejarah mencatat, Muhammad adalah seorang pedagang. Meski ia dilahirkan sebagai keluarga miskin, tapi tidak menjadikan dia bermalas-malasan untuk bekerja. Dialah pedagang sukses. Melalui fasilitas Khadijah [yang kemudian menjadi istrinya], Muhammad berdagang mengelilingi berbagai negeri didampingi Maysaroh, staff marketing dari Khadijah.

Singkat kata singkat cerita, Muhammad diangkat menjadi Rasul. Modal yang telah ia dapatkan, ditambah deposito Khadijah, Nabi Muhammad berjuang untuk menyebarkan agama tauhid. Kita lihat, Muhammad berjuang sejak dari PUNYA APA-APA, sampai dia tidak PUNYA APA-APA. Secara materi, harta Nabi Muhammad ludes des. Lebih ludes dari konglomerat manapun yang terkena imbas krisis global.

Bagaimana tidak, rasul seringkali mengalami tidak makan selama beberapa hari. Hal ini diikuti [dialami] oleh keluarganya. Misal, riwayat yang menyebeutkan bahwa suatu ketika Rasul merasa lapar karena sudah seminggu tidak makan. Ini karena makanannya selalu saja diperlukan sahabat lain yang miskin. Lalu ia berkunjung ke Fatimah RA putrinya. Di rumah Bunda Fatimah, ia dapati Fatimah sedang menangis. Ali sang menantu ketika itu sedang keluar kota untuk berjihad. Setelah rasul menanyakan apa gerangan yang membuat Fatimah menangis, Fatimah menjawab, “Kami sudah tiga hari tidak makan.” Rasul iba, tapi menguatkan hati Fatimah dengan mengatakan, “Anakku Sayang, Ayahmu ini sudah seminggu belum makan. Kenapa mesti menangis?” Fatima mengangguk, tapi ia dengan pelan dan hati-hati berujar, “Ayahandaku, kalau aku tiga hari tidak terisi makanan tidak mengapa, tapi Hasan dan Husein, cucu engkau. Mereka juga belum makan selama tiga hari ini.” ……..[ ] Rasul bergeming. Matanya berlinang. Bisa saja dengan kemampuan ruhaninya ia mengambil korma sekarung di surga. Bisa saja ia mengambil segepok dirham atau dinar di bank ruhani, tapi tidak dengan Rasulullah. Rasulullah malu. Lalu ia meminta Fatimah untuk menunggu sejenak. Rasul berjanji akan segera mencari makanan untuk cucu dan putrinya. Konon, Rasululah pergi ke pedalaman Baduy. Ia meminta pekerjaan kepada salah seorang saudagar kaya di Baduy. Si Baduy Yang (SBY) tidak tahu siapa manusia agung itu, menerima Muhammad untuk bekerja. Pekerjaannya adalah mengambil air dari sumur yang jaraknya sangat jauuuh. Untuk satu ember, ia berhak atas sebutir kurma. Rasul yang sedang lapar itu, melakukan pekerjaannya. Rasul yang ditawari Jibril, agar Gunung Uhud jadi Emas itu, tak kenal lelah mengambil setapap demi setapak.

…bla…bla…bla…masih panjang ceritanya….baca sendiri kelanjutannya di kitab-kitab sirrah nabawiyah.
Tapi endingnya adalah…si SBY tadi akhirnya penasaran siapa sebenarnya lelaki ini. Tak lama berselang, SBY datang ke Madinah dan mencari orang yang bernama Muhammad. Di sana, melalui Umar, SBY baru sadar, kalau sosok lelaki ramah dan santun itu adalah Rasulullah. Biasa, akhir cerita…Si SBY masuk Islam karena melihat “kemiskinan” yang tidak cengeng, karena diselimuti dengan sikap kstaria, sungguh-sungguh, dan pofesional.

Belum lagi kisah tentang Fatimah yang harus menjual baju perang suaminya [karena sudah tidak ada lagi harta yang ia miliki, dan hanya tinggal baju perang itu satu-satunya harta yang tersisa], demi pengemis atau orang yang membutuhkan dana untuk biaya hidup seorang sahabat. Gila!

Lalu? Sejarah melihat, sampai akhir hayat, rasululah tetap “memilih” hidup dalam kemiskinan. Kalau belakangan Karl Marx berteriak tentang masyarakat proletar? Rasulullah sudah jauh-jauh melakoninya. Bukan OMDO juga bukan NATO. Hal ini juga diikuti oleh para sahabatnya. Dari yang kaya raya sampai habis ludes des untuk berjuang membantu perjuangan nabi.


Nah, hal yang tidaK penting kali ini….adalah:
KALAU NABI, BERJUANG DAN BERDAKWAH SEJAK DARI PUNYA APA-APA, SAMPAI IA TIDAK PUNYA APA-APA. TAPI SEKARANG, ORANG BERDAKWAH SEJAK TIDAK PUNYA APA-APA, SAMPAI PUNYA APA-APA. INILAH OKB Vs OMS. ORANG KAYA BARU Vs ORANG MISKIN SEJATI.
[please, jangan dipercaya]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar