17/06/09

YANG TIDAK PENTING DARI RASULULLAH (3)

[Hai, Bro!]

Ketika kaum HAM (hak asasi manusia) berteriak tentang egaliterian dan menuntut persamaan hak dengan membentuk komnas atau kompor, Rasulullah langsung menjadikan konsep persamaan dan kesetaraan bukan hanya pada slogan. Dalam sejarah [lagi-lagi sejarah yang terekam dalam berbagai hadis, tapi ya memang ini yang hanya bisa dikatakan], rasulullah selalu memanggil para sahabatnya dengan panggilan “Yaa…shobati…” yang artinya adalah Hai My Brohter; atau Hai Saudaraku; atau juga Sedulurku…

Di sini rasul tidak pernah memanggil secara hierarkis. Rasul tak pernah memanggil mereka layaknya bos kepada anak buah. Bahkan Rasul sang Gudang Ilmu itu, tak pernah menyebut dirinya sebagai guru yang kemudian memanggil sahabatnya sebagai murid-murid. Sikap santun lagi cantik.

Padahal, apa kuranya Rasul? Secara Ruhani ia sudah Wushhhhhhh….mantap. Track Recordnya atau CV yang paling memukau adalah Mi’raj, yang merupakan kualitas spiritual yang luar biasa. Tapi ia dengan rendah hati layaknya orang Jawa yang andap asor mengatakan “Ana Basyarun Mitslukum…”, Aku ini manusia biasa seperti kalian. Di sini, Serius Band berteriak “Rocker juga Manusia”, ternyata hal ini sudah dikawiti Nabi. Nabi tidak pernah mengatakan I am some body. Aku adalah gimana gitu.

Ketika itu, Rasul tetap nyatai saja. Ia tidak pernah memosisikan dirinya sebagai apa dan siapa secara strata sosial. Satu hal yang selalu ia kumandangkan hanya, “Aku ini hanya utusan…”

Tapi orang-orang sezaman dan sesudahnya, bahkan hingga kini selalu memuji-muji Muhammad. Pas banget dengan namanya, Muhammad [yang paling banyak dipuji]. Terlalu banyak untuk disebutkan, karya-karya ulama baik dari kalangan Islam atau luar yang menyusun karya demi memuji keagungan dan keindahan pribadinya. Seribu sajak, seribu puisi dan seribu syair; seribu kaligrafi, seribu lukisan dan juga seribu kitab ulama salaf hingga muakhhir; semua memuji Rasulullah. Rasullulah menjadi inspirator bagi semua; baik yang menyukai atau yang tidak.

Segitunya rasulullah, ia tidak pernah blagu untuk memanggil sahabat-sahabatnya dengan panggilang “Wahai murid-muridku…” Tidak! Rasul selalu memanggil lembut sedulur…, saudara (seribu cinta kuhamparkan), shohabatii, sobat,….friend, brother…. Itulah Panggilan kesetaraan! Di sini aku yakin, Rasul bukanlah feodal. Woi, Loe kagak lepel ama gwe, kata Udin!

Nah, hal yang tidaK penting kali ini….adalah:
KOK BISA YA, NABI MEMANGGIL DENGAN PANGGILAN SAHABAT ATAU FRIEND. KALAU TIDAK ADA KESEJAJARAN, RASANYA MUSTAHIL. ARTINYA KALAU PARA SAHABAT BAJUNYA ROMBENG, SEMENTARA NABI BAJUNYA DICUCI DI LAUNDRY, MENGELUARKAN KATA “SAHABAT” RASANYA BERAT. KALAU NABI NAIK FERRARI DENGAN KECEPATAN TINGGI, BAGAIMANA IA MENYAPA “SOBAT” KEPADA PARA SAHABAT YANG BERJALAN KAKI? INI PASTI KARENA NABI SAMA-SAMA JALAN KAKI. ARTINYA, KALAU NABI SEKARANG PAKAI JAGUAR ATAU LAMBORGINI, MAKA UMATNYA JUGA PAKAI CHEVO ATAU LEXUS SUPAYA BISA SEJAJAR DIPANGGIL SAHABAT. HAI BRO! SHOLAT YUK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar